
Langsung dari Ahlinya: Petani Wonosalam Berinovasi dengan Pertanian Mikroba ala Thailand
Dusun Sumberarum, Desa Sambirejo, Kecamatan Wonosalam, menjadi lokasi penting untuk pelatihan pertanian alaDusun Sumberarum, Desa Sambirejo, Kecamatan Wonosalam, menjadi pusat perhatian berkat pelatihan pertanian alami berbasis mikroba yang digelar baru-baru ini. Pelatihan ini menghadirkan dua narasumber internasional dari Thailand, Prajuap Raophimai dan Master Booroong Sidum. Fokus utama mereka adalah memperkenalkan teknik pembiakan bakteri IMO (Indigenous Micro Organism) sebagai solusi ramah lingkungan yang mendukung produktivitas pertanian secara berkelanjutan.
Keterlibatan dan Dukungan Berbagai Pihak
Tidak hanya narasumber yang antusias, pelatihan ini juga menarik berbagai peserta, seperti Penyuluh Pertanian Lapangan Kabupaten Jombang, Sekretaris Dinas Pertanian Kabupaten Jombang, Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian, pegiat Eco Enzyme Indonesia, hingga perwakilan dari BBPPTP Surabaya. Kehadiran mereka memperlihatkan komitmen bersama untuk mendorong penerapan pertanian alami di wilayah ini.
Mikroba Lokal: Potensi Besar yang Sering Diabaikan
Pada awal acara, Prajuap dan Master Booroong menyampaikan materi teori yang mendalam. Mereka menjelaskan bahwa mikroba lokal adalah sumber daya alam yang sering terlupakan, padahal potensinya sangat besar.
“Jika petani memahami cara kerja mikroba, mereka tidak hanya dapat meningkatkan hasil panen, tetapi juga menjaga kesuburan tanah untuk jangka panjang,” jelas Master Booroong.

Lebih lanjut, para narasumber menekankan bahwa teknik pembiakan mikroba ini sangat sederhana dan mudah diterapkan di tingkat petani lokal.
Langkah-Langkah Praktis Membiakkan Mikroba IMO
Setelah sesi teori, peserta langsung diajak mempraktikkan pembiakan mikroba IMO. Proses ini mencakup langkah-langkah berikut:
1. Pengumpulan Bahan
- Ambil tanah humus dari hutan yang kaya dedaunan busuk (bebas polusi).
- Siapkan dedak padi, gula merah, eco enzyme, dan air sebagai bahan utama.
2. Pencampuran Bahan
- Campurkan bahan-bahan tersebut dengan perbandingan 1:1:1:20.
- Aduk campuran hingga merata dan pastikan tingkat kelembapan ideal. Bahan harus bisa dikepal tanpa rembesan air.
3. Pembentukan Gundukan
- Susun campuran menjadi gundukan setinggi 20–30 cm.
- Tutup gundukan dengan dedaunan kering untuk menjaga kelembapan.
4. Pemantauan Suhu
- Biarkan campuran melalui proses fermentasi selama 7–10 hari.
- Pantau suhu agar tidak melebihi 60°C. Jika suhu meningkat, balik campuran untuk menurunkan suhu.
5. Panen Mikroba
- Setelah fermentasi selesai, hasilnya dapat langsung digunakan untuk memperkaya tanah atau sebagai bahan pupuk cair.

Antusiasme Peserta dan Komitmen Dinas Pertanian
Salah satu peserta, seorang petani muda asal Jombang, merasa sangat terinspirasi oleh pelatihan ini. “Saya baru menyadari betapa sederhana dan murahnya teknik ini. Dengan metode ini, saya yakin petani lokal bisa mendapatkan hasil panen yang jauh lebih baik,” ungkapnya dengan penuh semangat.
Sementara itu, Dinas Pertanian Kabupaten Jombang juga mengapresiasi pelatihan ini. “Teknik IMO sangat selaras dengan visi kami untuk mendorong pertanian berkelanjutan. Kami optimistis, pelatihan ini menjadi langkah awal yang signifikan untuk perubahan besar dalam praktik pertanian lokal,” kata Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian.
Baca Juga : https://teamkabaronline.net/jombang-tegakkan-disiplin-asn-pimpinan-jadi-motor-penggerak-perubahan/
Wonosalam Siap Menjadi Pelopor Pertanian Hijau
Pelatihan ini bukan hanya sekadar kegiatan berbagi ilmu, tetapi juga menjadi inspirasi bagi peserta untuk membangun masa depan pertanian yang lebih ramah lingkungan. Dengan dukungan dari berbagai pihak, Wonosalam kini siap memimpin gerakan pertanian alami berbasis mikroba di Indonesia.